20080213

Kehadiranmu

Kehadiranmu

Hadirlah dirimu
Berikan suasana baru
Kau mampu tenangkan aku
Disaat risau dalam hatiku

Lembutnya sikapmu
Meluluhkan hati ini
Terbuai aku terlena
Oleh dirimu oleh dirimu Woo

Reff :

Jantung pun bergetar
Saat engkau ada didekatku
mungkinkah diriku
Telah jatuh cinta pada dirimu Woo

Sebisa diriku
Mencoba untuk melupakanmu
Namun ku tak bisa
Kau pun slalu ada dalam hatiku

Dan biarkan semua
Mengalir apa adanya
Ku yakin kau pun pahami
Perasaanku perasaanku Woo

20080212

Jatuh cinta lagi....lagi-lagi kujatuh cinta


Jatuh cinta lagi....lagi-lagi kujatuh cinta.

Tentu kita sudah tak asing lagi dengan potongan lirik lagu ini, lagu yang dipopulerkan oleh Mata Band ini seperti mewakili diriku. Bukan karena terinspirasi lagu ini tetapi sebelum lagu ini muncul pun aku sudah merasakannya. Jatuh cinta dan lagi lagi jatuh cinta. Seolah hati ini begitu mudah membuka diri tuk berikan rasa cinta pada siapapun dan apapun.
Aku bisa jatuh cinta karena banyak hal, aku bisa jatuh cinta hanya karena kagum pada sifat dan sikap seseorang, aku bisa jatuh cinta karena rasa iba dan kasihan, aku bisa jatuh cinta karena rasa bangga dan haru, aku bisa jatuh cinta karena terpesona, aku bisa jatuh cinta karena benci, aku bisa jatuh cinta karena merasa prihati, ku bisa jatuh cinta karena merasa senasib, aku bisa jatuh cinta karena perhatian seseorang, dan aku bisa jatuh cinta karena terbiasa.
Seolah hati ini memiliki ruang-ruang terseindiri tuk tiap rasa cinta itu, ketika ku jatuh cinta pada sesuatu, aku tak bisa serta merta menghilangkan perasaan cintaku yang sebelumnya pernah ada. Ketika aku jatuh cinta tuk kesekian kalinya, maka perasaan cinta pertama, kedua dan selanjutnya tetap saja masih ada. Semua tetap membekas dan bisa saja kembali ada mesti aku sedang jatuh cinta dengan yang lain.
Dan kini perasaan cintaku yang pernah ada kembali muncul, dan semua bersamaan datangnya, ketika aku mencoba tuk mencintai hanya satu saja, ketika aku mencintai dengan sepenuhnya, ketika ku ingin membuktian kesetiaan cinta. Ingin aku menepis semua rasa itu, tapi terlalu sulit bagiku. Aku seperti sudah terjebak, aku tak bisa mengatasi ini sendiri. Aku butuh bantuan seseorang, aku butuh kamu. Tapi jangan....karena bisa saja aku malah jatuh cinta padamu pula. Karena aku tak mau menyakitimu, aku tak mau membuatmu kecewa, aku takut ketika ku telah mencintaimu..akan ada cinta yang baru lagi.
DASAR!!!!

20080211

Extra Large......mau?



Ha ha...Ukuranmu apa? S,M,L, ato XL? wow....baju kaliee.....
Itulah yang coba disuguhkan oleh sang sutradara Monty Tiwa dalam film terbarunya XL.
Film ini menceritakan tentang persahabatan 3 orang yaitu Deni (Jamie Aditya), Stefan (Erron LeBanG) dan Juno (Alex Abbad) mulai sejak masa2 SMA, Setelah mereka lulus SMA Deni harus pindah ke Kaltim mengikuti ayahnya yg dipindahtugaskan. 10 taon kemudian mereka kembali bertemu. Permasalahan muncul ketika Deni yg berusia 25 tahun yang lugu dan “lurus–lurus” saja. Sebagai anak tunggal, Deni menurut saja ketika dijodohkan oleh orang tua untuk menikahi Vicky (Dewi Sandra), gadis yang merupakan anak Bos dari ayahnya.
Vicky telah hamil 2 setengah bulan tanpa ada suaminya, padahal ayah vicky akan mencalonkan diri dalam pilkada, so untuk menyelamatkan muka ayahnya deni diminta untuk menikahinya. ini harus ia lakukan demi keluarganya, ibunya telah lama sakit2an akibat stroke, demi mendapatkan uang untuk berobat sakit ibunya deni tak bisa menolak.
tak diduga ternyata Vicky adalah maniak sex, meskipun hanya menikah untuk kepentingan bisnis Vicky minta jika ia butuh .... deni harus melayaninya kapanpun.....dimanapun....dan dengan posisi apapun...hiii...
Hal-hal ini membuat ‘pressure’ Deni untuk dapat menjadi suami idaman yang pantas bersanding dengan Vicky. Pertama, Deni masih ‘perjaka’ dan kedua, ukuran alat vital Deni yang sangat minim. Dua orang sahabat Deni, Stefan (Erron LeBanG) dan Juno (Alex Abbad) menyarankan Deni untuk berobat ke Mak Erot, dukun yang sudah sangat legendaris. Siasat lainnya, Juno ‘menyewa’ seorang pelacur selama sebulan penuh untuk menjadi ‘pendamping’ Deni

Berbagai kejadian-kejadian aneh, kocak, nakal dan mengharukan bergulir seiring dengan realisasi Deni bahwa kebahagiaan sejati bukan pada kesempurnaan fisik, tapi pada kesempurnaan hati, seperti yang dirasakan Deni terhadap Intan…

Bagaimanakah pertualangan Deni selengkapnya? Nonton ndiri dong di Bioskop.......
Jenis Film : COMEDY
Pemain : JAMIE ADITYA, SARAH SECHAN, DEWI SANDRA, ALEX ABBAD, INGGRID WIDJANARKO, BARRY PRIMA
Sutradara : MONTY TIWA
Penulis : MONTY TIWA
Produser : CHAND PARWEZ SERVIA
Produksi : STARVISION PLUS

Laire Anak Lanang


elasa, 21 Meii 1985

Selasa, 21 Mei 1985



Malam itu di sebuah gubuk keci yang berada di desa terpencil di Kab. Jepara Suasanan begitu lain dari biasanya. Meski malam telah larut, terlihat kesibukan orang seisi rumah yang hilir mudik kesana kemari seperti mempersiapkan suatu. Sesuatu yang ditunggu-tunggu dengan penuh harap cemas. Berkali-kali terdengar erangan seorang Ibu yang tampak kesakitan di atas pembaringan di kamarnya. Sepertinya sebentar lagi ia akan menghadapi suatu fase yang sangat penting dalam hidupnya. Betapa tidak, ia harus berjuang keras melewati fase itu dimana nyawa sebagai taruhannya. Tetapi dibalik erangan kesakitan itu ia merasa begitu bahagia, meskipun bisa saja ia harus kehilangan nyawanya utuk itu. Sebuah harga yang sangat mahal tentunya, bahkan tiada bisa ternilai dengan apapun, Persalinan.....Ya..... Sebentar lagi Kholifah akan melahirkan. Meskipun ini bukan proses kelahiran pertamanya, namun tetap saja perasaan cemas menghinggapinya.

Di sampingnya duduk dengan setia Ibu mertuanya yang telah tampak renta, rambutnya telah memutih, kulitnyapun telah keriput dimakan usia. Mbah Sakinah biasa ia dipanggil. Usianya hampir 80 tahun, Iapun terlihat cemas menunggui menantunya yang akan melahirkan.Mungkin akan melahirkan cucu terakhirnya, cucu terakhir dari anak terakhirnya pula. Entah sudah berapa jumlah cucunya. Ia memiliki 9 orang anak, 8 diantaranya perempuan dan hanya 1 anak laki-lakinya. Ia perempuan yang hebat, perkasa bahkan...di saat suaminya telah meninggal ia harus menghidupi ke-9 anaknya seorang diri. Tak banyak yang ditinggalkan almarhum suaminya itu. Hanya beberapa petak sawah yang ia tanami dengan padi. Sehingga hanya dari hasil panen padi itulah ia menyambung hidupnya bersama ke-9 anaknya. Ia berjualan beras hingga ke Pati, tentu puluhan kilo yang harus ia tempuh dengan berjalan kaki, dan itu setiap hari ia lakukan. Pagi-pagi buta ia telah menggendong beras di punggungnya. Mungkin itulah yang menyebabkan kini punggungnya tampak bungkuk. Dengan ditemani anak sulungnya ia berjalan hingga berpuluh-puluh kilo meter, baru larut malam nanti ia akan kembali ke rumah. Beras yang ia jual dibelikannya dengan bulgur ataupun beras jagung, sehingga ia masih bisa menyisihkan uang hasil penjualan berasnya. Kini hanya sedikit yang tersisa dari sisa ketangguhannya itu.

Di luar kamar tampak 2 gadis kecil mengintip dari balik pintu yang tiada daun pintunya. Yang ada hanya kain korden lusuh sebagai penutup, sehingga dengan mudah dapat mereka singkap. Usia mereka baru sekitar 7 dan 4 tahun. Mereka juga tampak cemas melihat ibu mereka terus meringis kesakitan. Tapi di balik kecemasan polosnya itu mereka sangat senang sekali, sebentar lagi tentunya mereka akan mempunya seorang adik.

Sementara itu, Farhan suaminya berada di luar rumah. Ia tampak tergesa-gesa menuju rumah tetangganya. Ia berniat meminjam sepeda motor milik tetangganya. Memang hanya dia saja saat itu yang memiliki sepeda motor. Bukan sembarang orang dapat memiliki motor, haruslah dari keluarga yang kaya tentunya. Sebuah honda 70 warna hijaupun dipinjamnya untuk menjemput dukun beranak yang rumahnya agak jauh. Hah....dukun beranak...? ya..saat itu yang ada hanya dukun beranak..sangat sulit mencari dokter atau bidan ditempat terpencil seperti itu. Harus ke Kota Kabupaten tentunya. Dengan menyusuri jalan berbatu yang lebarnya hanya dua meteran saja, hanya berbatu...saat itu tentu saja belum ada jalan yang beraspal di desa itu. Ia tancap gas motornya seperti tanpa menghiraukan suasana disekitarnya. Jalanan masih sangat sepi dan gelap gulita tentunya. Hanya dari cahaya lampu sepeda motorn yang tiada begitu jelas. Setelah menenpuh perjalanan hampir 30 menit, sampai juga ia ditempat dukun beranak

Dibangunkannya Mbah Mariati, demikian dukun beranak itu dipanggil, meskipun usianya belum terlalu tua ia tetap dipanggil mbah. Ia merupakan dukun beranak satu-satunya di kampung itu. Keahliannya diwarisi dari Ibunya yang juga seorang dukun beranak, tapi kini ia yang harus meneruskan profesi orang tuanya yang telah renta. Entah sudah berapa jumlah Ibu yang ditolongnya dalam melahirkan. Sungguh profesi yang mulia tentunya. Bagaimana tidak, ia harus membantu menyelamatkan 2 nyawa yang sama-sama berharga. Nyawa Ibu dan anak yang dilahirkannya. Setelah menyiapkan beberapa peralatan persalinan seadanya, mereka kembali ke rumah. Mereka harus segera sampai, karena disana telah menunggu istrinya yang harus segera mendapat pertolongan.

Sesampainya di rumah segera Mbah Mariati menuju kamar yang akan digunakan untuk persalinan. Farhan pun menyusul untuk turut menemani disamping istrinya. Kehadirannya sangat dibutuhkan istrinya untuk berikan semangat, Sebuah semangat yang akan berbuah manis nantinya. Di dalam kamar yang hanya berukuran beberapa meter saja itulah Mbah Mariati tampak sibuk mempersiapkan ugo rampenya. Ia juga memberikan pengarahan kepada Kholifah untuk terus berusaha, berusaha mengeluarkan sang jabang bayi dari dalam kandungannya. Namun sepertinya sang calon bayi ini agak bandel....rupanya belum mau juga ia beranjak dari tempat tidurnya yang begitu nyaman, sudah sembilan bulan ia berada disana. Di tempat dimana ia mendapatkan apa yang diperlukannya, terlindung dari dingin dan panasnya dunia, di rahim ibunya.

Namun Kholifah sepertinya tak tahan lagi, dengan sekuat tenaga dan dibantu mbah Mariati ia terus menekan sekuat tenaganya. Badannya kini penuh bersimbah peluh keringat. Peluh perjuangan seorang bunda untuk anaknya. Yang takkan pernah mampu dibalas oleh sang anak dengan apapun dan sampai kapanpun. Sangat pantas jika Tuhan menempatkan surga anak itu terletak ditelapak kaki ibundanya. Bahkan jika digambarkan bahwa jika gunung yang begitu besar dan tinggi menjualang itu menjadi emas, dan diberikan kepada seorang ibu, maka belum cukup itu membalas jasa dari seorang ibu pada anaknya. Luar biasa.

Setelah berjuang berjam-jam lamanya, setelah sempat hampir meregang nyawa, akhirnya si jabang bayi mau juga keluar dari rahimnya diiringi tangis bayi merah yang berlumuran darah, dengan kerasnya bayi itu menangis, sepertinya ia tahu akan melewati babak baru kehidupannya di dunia, tempat yang akan menentukan nasibnya di alam selanjutnya. Seandainya jabang bayi itu tahu betapa berat perjuangan ibunya untuk dia tentu ia takkan pernah mau menyusahkan ibunya itu.

”Anakku lanang opo wedok mbah?” tanya Kholifah dengan lirih. ”Lanang Nduk, ngganteng”. Alhamdulillah.....tangisnya bahagia. Tak terkecuali Farhan suaminya, memiliki anak lanang tentunya suatu kebanggaan tersendiri baginya. Setelah kedua anaknya semua perempuan kini ia dianugerahi anak lanang. Iapun menangis terharu bercampur bahagia..Sebagai wujud syukurnya iapun segerqa bersyujud di lantai itu pula, mensyukuri atas anugerah yang begitu berharga dan tiada ternilai, lalu tak lupa pula ia kecup kening istri tercintanya.

to be continue.........

Kulo Nuwun

BISMILLAH

Beeeehhhh......Alhamdulillah...Nuwun Sewu ....ikutan nongol......mungkin kata itu yg paling pantes aq ucapin....maklum aja..aq termasuk orang baru & masih sangat awam (bodho) dengan dunia BLOG.....So pastinya aq yakin akan ada banyak kekurangan disana sini..mungkin itu bakal keliatan norak ato apapun...aq ga peduli...yg terpenting ada semangat tuk belajar dan terus belajar tuk jadi lebih baik....Itu itu kritik..support...cacian..makian..ato mungkin pujian jika ada, tentu akan sangat membantu nantinya...... aND THE Last but Not the eND...aq nuwun sewu tuk bisa ikutan nongol...